Keikhlasan

Beberapa waktu ini saya sempat vakum menulis lagi disebabkan kejadian yang berturut-turut menimpa. Memaksa saya secara tidak sadar untuk belajar sesuatu yang baru, yakni salah satunya adalah keikhlasan.

Semua orang mampu berkata bahwa ia ikhlas, namun bagaimana kebenarannya?
Hal itulah yang wajib kita tanamkan ke diri kita sendiri. Bukan kepada orang lain.
Perkara orang lain memiliki rasa ikhlas dalam melakukan sesuatu adalah tanggungjawabnya sendiri kepada Allaah. Kita sebagai orang luar, hanya mampu mengingatkannya untuk menyertakan hal tersebut di hatinya ketika melaksanakan sesuatu.
Sebaliknya, kita sendiri lah yang wajib mempertanggungjawabkan segala yang kita lakukan, kita prasangkakan, dan kita ucapkan. Apakah hal tersebut sudah beserta rasa ikhlas atau belum?

Rasa ikhlas tersebut, hanya kita dan Allaah lah yang mengetahui. Itu sebabnya kita perlu mewaspadai.
Dengan mengetahui urgensi penting dari mencatutkan rasa ikhlas ke dalam diri ketika melaksanakan segala sesuatu, maka kita perlu terus mempelajari bagaimana caranya untuk meningkatkan rasa ikhlas tersebut tanpa harus perang batin dengan diri sendiri.
Mungkin di satu saat, hal tersebut bisa mudah. Tapi di lain waktu, bisa saja kita tidak sadar bahwa ikhlas itu ternyata tidak menyertai didalam hati.

Setelah diingatkan secara tidak sadar karena beberapa hal, saya akhirnya memahami bahwa manusia hanya dapat berusaha.
Berusaha yang menurut saya bukan hanya tentang aksi di dunia nyata yang kita usahakan mati-matian. Namun, lebih kepada sisi pemahaman kita bahwa Allaah lah yang sanggup memudahkan segalanya. Begitulah alasannya, meminta doa kepada-Nya adalah hal pertama yang seharusnya kita lakukan sebelum hendak melakukan yang kita sebut dengan ikhtiar dunia.

Selain itu, arti dari berusaha ini tidak hanya one shoot, lalu menyerah. Tapi berusaha setiap waktu, karena kita tidak tahu kapankah kita akan dipanggil-Nya nanti.
Terkadang beberapa dari kita sudah mengeluh, karena merasa bahwa kita telah mengerahkan segalanya yang terbaik. Ketika di sisi lain, sebenarnya hanya Allaah lah yang mengetahui ambang batas kemampuan yang sebenarnya kita miliki.

Selanjutnya.. qadarullaah (takdir Allaah) adalah kenyataan yang akan menuntun kita menjalani kehidupan ini setelah serangkaian usaha telah dilakukan.

Mau tak mau, suka tak suka.
Kita akan hadapi kehilangan, perjuangan, serta nikmat dan rasa sakit yang diberikan. Dan semua  hal itu menuntut kita untuk memiliki keikhlasan, entah dikarenakan kita tidak menginginkan hal itu teramat sangat, atau malah kita membutuhkan hal itu secepatnya.
Sebab kita terkadang tidak sadar, justru faktor yang sangat utama dari qadarullaah yang terjadi, salah satunya adalah keikhlasan dalam menerima; sesuatu yang terbaik dan terburuk.

Semoga Allaah selalu mudahkan kita untuk sertakan rasa ikhlas ketika lakukan segala sesuatu. Tanpa campur tangan manusia. Utamanya karena kita menyadari hal itu karena diri kita sendiri.
Aaamin yaaRabbal 'aalamiin.

Robbi innii limaa anzalta ilayya min khoirin faqiir.
8 Muharram 1439H.

Komentar